Di
sebuah kota besar hiduplah sepasang keluarga yang mempunyai anak permpuan yang bernama
Irma, Irma adalah anak pertama dan satu-satunya yang mereka miliki, dia begitu
pintar disekolahnya dan sangat disayangi oleh kedua orang tuanya bahkan segala sesuatu
apapun yang dia inginkan mereka slalu berikan. Dikisahkan keluarga tersebut
sangatlah rukun, ramah terhadap tetangga dan lingkungan sekitar, meskipun
keduanya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Hingga suatu ketika
tragedi menimpa keluarga tersebut dengan terjadinya kecelakaan yang menimpa
suaminya, membuat suaminya kehilangan pekerjaan karena dalam kecelakaan
tersebut. Suaminya mengalami kelumpuhan total, sehingga secara otomatis yang
menjadi tumpuan kehidupan menjadi berubah kekuasan dipegang oleh istirnya. Hal ini
yang membuat neraca keuangan keluarga yang tadinya lebih dari cukup kini
menjadi kurang dari cukup. Ditambah lagi istrinya yang menjadi merubah setelah
tahu suaminya takan sembuh, itu membuat istrinya bosan dan tidak mempedulikan suaminya
lagi bahkan oleh istrinya, suaminya dititipkan ke panti asuhan dengan alasan
sudah tidak mampu memberikan apa yang dia inginkan hanya menyusahkan dirinya
saja.
Aku
adalah anak pertama dan satu-satunya. Aku juga seorang mahasiswa di sebuah
universitas. Selain jadi seorang mahasiswa dimalam hari propesiku adalah
seorang “PELACUR”. Pada malam hari nama asliku hilang dan orang memanggilku “Si
Betina Jinak”, terkadang aku bertanya mengapa orang memanggilku dengan julukan
itu, tapi mungkin semua julukan berasal dari tubuhku yang bohay bagaikan gitar
spayol. Ditambah dengan wajah cantik dan penampilan alami, tidak heran jika
julukan itu kusandang. Semuanya bermula dari perceraian kedua orang tuaku,
sehingga membuatku harus mencari pekerjaan. Awalnya pekerjaan ini ditawarkan
oleh temanku yang bernama Yulis, mungkin dia kasihan melihat keadaanku yang
terdesak uang untuk bayar kuliah, dan kosan.
Karena tuntutan kebutuhan akupun mau melakoni propesi ini, meski hati nurani
menolak tapi apalah daya ekonomi mendesakku.
Setelah
aku menggeluti propesiku yang baru kehidupanku berubah seratuh sembilan puluh
derajat. Aku yang dulu pemalu, aku yang dulu slalu alim anti pria dan aku yang
dulu anak mamih kini telah menjelma menjadi seseorang yang telah menentang
aturanmu. Kemudian setelah aku sepakat untuk bekerja padanya, dia pun segera
membuat janji dengan kliennya. Akupun dibawanya kesebuah rumah mewah melebihi
istana untuk dipertemukan dengan seorang bapa hidung belang yang bernama Bapak
Hadimanto. Panggilanya bapak Hadi begitu ganteng dan maco akupun sampai
berdecak melihatnya, disitu kami pun membicarakan harga yang harus dibayar pada ku. Aku tak terlalu perduli akan
hargaku, tapi yang jadi tanya dibenakku senggupkah aku mengerjakannya sedangkan
ini adalah pengalaman pertamaku, rasanya
tidak pantas memang aku mengerjakan ini , tapi ini jalan takdirku keperjakaan harus rela ku lepas, malam itu
aku merasa malu sekali, sedikit gerogi, karena aku harus melayani seorang bapak,
tapi gerogi itu pun hilang dengan sendirinya. Setelah selesai melayani aku pun
dibayar.
Lambat
laun aku mulai menikmati pekerjaan ini, malam demi malam aku lalui penuh kesenangan
bersama laki-laki hidung belang di rumah bordir dan kab malam, kesepian yang
haus akan belaian. Mabuk-mabukan, pesta seks seolah jadi hal wajib bagi kami
tidak perduli sampai jam berapa kami berpesta yang penting kami happy. Aku tak
pernah perdulikan apa kata orang yang penting aku makan, uang kuliah terbayar
dan tidak usah memikirkan membayar kosan, hingga suatu ketika aku merasa jenuh
dan ingin bertobat dari pekerjaan hina ini namun hati nuraniku slalu menjerit
dan meronta dan aku selalu berpikir bagaimana aku melepaskan pekerjaan hinaku
seakan pekerjaan ini sudah mendarah daging membuat ku sulit untuk keluar.
Hingga suatu hari aku rindu pamanku, aku
putuskan untuk pulang barang satu atau dua hari. Setibanya di rumah paman, aku menceritakan
kisah hidup piluku. Pamanku yang sedari tadi mendengarkan cerita ku itu tidak
kuasa mendengarnya, sampai-sampai air
matanya berlinang membasahi kedua pipinya.
Melihat air mata pamanku aku tidak
kuasa menahan kesakitan hati dan beban ini. mungkin tuhan telah mengirimkan
teguran lewat air matanya. Setelah itu ,aku putuskan untuk tidak kembali lagi
menggeluti propesi sebagai pelacur, mungkin ku sudahi saja petualangan hidupku,
aku harus kembali kejalan tuhan dan memperbaiki semua kesalahan. Cukuplah sudah
rasanya dosa yang ku buat pada tuhan, kini aku harus bertobat. Dengan tekad
bulat aku mendatangi pak Ustad sekedar meminta petunjuk dan arahannya.
Tiga bulan sudah aku menjalani hidup
normalku, meski penuh caci maki tidak apalah asal air mata pamanku tidak
menetes dan ridho tuahan slalu bersamaku. Selama di persinggahan ternyata Tante
Mira seorang mucikari yang dulu pernah menampungku ingin mengajakku kembali
kelembah kenistaan. Meskipun aku, sudah berbicara dengannya tetapi semua
percuma Tante Mira tidak mau tahu aku harus ikut, malah tanganku dipegang
dengan erat dan mau di masukan ke dalam mobil olehnya. Tetapi aku tidak berdiam
diri, dengan tenaga seadanya aku meronta dan secara tidak sengaja Tante Mira aku
jatuhkan dan kepalanya membentur batu. Setelah kejadian itu aku di masukan
kedalam penjara dan di ponis selama 4 tahun.
Selama
ini aku tidak pernah membayangkan akan masuk penjaran dengan cara teragis
seperti ini. Dan aku masih belum tahu apakah aku akan berubah atau kah kisahku akan
berlanjut di tempat ini, aku masih belum tahu semua aku serahkan kepada Tuhanku
yang masa segalanya. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar