Minggu, 18 Juli 2010

Dulu

       Sabtu menjelang siang sekitar pertengahan Oktober aku kembali datang ketempat itu, seperti biasa aku hanya duduk- duduk di taman dekat sekolah ku, diam menunggu dan terus melamun, di taman itu hanya ku lihat dedaun yang jatuh berserak
Ingatanku kembali melayang kebelakang, ke beberapa tahun yang silam. Saat aku pertama mengenal cinta SMA, saat itu aku duduk di kelas 3 SMA, di sekolah kebertulan ada rapat guru, aku dan teman- teman pergi ke taman dekat sekolah itu untuk sekedar jalan- jalan. Di tengah suasana taman yang ramai, di sudut belakang taman tampak seorang gadis berkerudung sedang duduk termenung seorang diri, kami yang memang masih remaja dan suka iseng- iseng membuat sebuah undian, siapa di antara kami kena undian tersebut maka dia harus menggoda atau sekedar berkenalan dengan gadis berkerudung tersebut, setelah kami undi, ternyata yang kena undian tersebut adalah aku, sebenarnya yang paling pemalu dan enggan untuk mendekati seorang gadis, tetapi karena saat itu sudah ada perjankian tidak tertulis dan karena teman- teman terus mendesa ku, dengan terpaksa aku mencoba mendekati gadis tersebut, mulanya sih aku agak ragu untuk berkenalan dengannya. Namun perkenalan tersebut terjadi juga”Rio ….. kataku seraya mengururkan tangan ku”Rima ….. katanya pelan seraya menerima uluran tangan ku, sebenarnya aku ta menyangka dapat mengenalnya dengan mudah.”kamu sekolah dimana?
“Oh aku? Aku sekolah di SMEA, kamu ?
“SMAN 2 ”. “ ko jam segini udah berkeluyuran di taman ?”. tanya aku jadi tercengang tidak mengira…. di balik sikapnya yang begitu pemurung bahkan terkesan cuek, dia mempunyai kepribadian yang cukup enak untuk di ajak bicara. Padahal tadinya aku sempat mengira aku akan menemui kesulitan untuk berkomunokasi dengannya.
“Eee ……. Gurunya lagi pada rapat, kamu? Kamu gak masuknya?’.” Bisa SMEA. Sekolah lain belum ulum ini sudah duluan, senin kan ulangan umum jadi di sekolah lagi pada beres- beres”.
“teman- teman yang lainya pada kemana….?”. “mereka sih udah pada mabur bareng doi’ya masing- masing”.”kok …. kamu sendirian?” aku sih bebas gak punya pacar. Lagian aku belum kepikiran untuk kearah sana”
     Itulah pertemuan kami yang pertama. Cukup singkat memang, tapi selanjutnya kami sering bertemu di tempat terebut. Dan setelah sekian lama mengenalnya aku baru tahu bahwa dia seorang anak yang di tinggal mati ibunya, akupun jadi iba saat mendengar kisah- kisahnya yang begitu mengharukan, rupanya dia membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita. Kisah demi kisah meluncur ringan dari bibirnya yang mudah seakan tiada beban, tatapi aku tahu di balik ketegaranya ada serpihan luka yang mernyayat hatinya, di balik tatapan matanya dia menyembubnyikan tangisan dukanya yang amat pedih.
Lama kelamaan rasa yang tadinya biasa saja sekarang berubah menjadi simpati, kagum,dan akhirnya ada rasa yang tumbuh di jiwaku begitu asing dan amat asing bagiku. Akupun ta tahu rasa apa ini, yang jelas jika lama tidak berjumpa dengannya, ada rasa rindu untuk cepat- cepat berjumpa dengannya entah mungkin ini yang di namakn cinta.
Hingga pada suatu hari aku nekad untuk menyatakan persaanku padanya, seperti biasa kami janjian untuk bertemu di tempat biasa.”.”apa kabarmu baik “.” Alhamdulilah baik- baik saja, kamu gimana?”
“Yah seperti biasa yang kamu liat.” Sebenarnya aku mau menyatakan sesuatu ama kamu, tapi aku takut kamu marah”.
“Marah, mengapa harus marah biasa aja kali”.”memang,tapi, hal yang akan aku tanyakan sekarang menyangkut pribadimu, dan belum pernah kita bicarakan sebelumnya,
“Ayolah kamu jangan begitu dong, coba aku ingin mendengarnya”.
“Apa kamu sudah punya pacar?” memang mengapa?” kamu kan tau aku belum punya pikiran kearah sana?”.
“kamu kenapa Yo?”.”dengan sepontan aku mengatakan bahwa aku mencintaimu seketika itu dia terdiam, akupun terdiam pohon- pohon diam, seisi taman serasa terdiam,bisu, sunyi senyap.
“Bagaimana?”tanyaku sambil gugup.
“Tapi Yo…… aku tak cukup pantas untukmu.
“Mengapa?”.”tanyaku” aku tidak seperti yang kamu banyangkan.” Memang
mengapa?” selidiku.
“sudah Yo, suatu hari nanti kamu pasti akan tahu “jawabanya” sambil beranjak pergi …..,

         Di dalam hatinya berkata“. Memang aku mencintaimu, tetapi ada sesuatu hal yang
mencegahku untuk menerima cintamu, sejak saat itu aku diam membisu tidak dapat berbicara lagi …. Sejak saat itu itulah aku dan Rima tidak pernah bertemu kembali hanya surat- suratnya yang aku terima, akupun hanya bisa membalas surat- suratnya karena pada saat itu aku sibuk untuk menghadapi UN. Hingga komunikasi di antara kami otomatis terputus total. Namaun 3 tahun kemudian ada sepucuk surat kerumahku, ternyata dari dia entah dari mana dia tau alamat rumahku, yang isinya bahwa dirinya sekarang kuliah di IKIP Bandung, satu tahun kmudian ada kabar yang sangat mengejutkan bahwa dia telah meninggal dunia. Sekarang aku mengerti mengapa dia menolaku ternyata dia mengidap tumor gansa yang sangat parah, namun dia tidak pernah menceritakanya kepadaku, di takut aku akan merasa kehilangan, itulah sebenarnya mengapa dia keberatan untuk menjadi kekasihku.
Aku masih duduk termenung di tempat ini dengan mengadap kededaunan yang layu berguguran seakan tidak mampu untuk menahan panasnya sang mentari, ku likat jam tangan ku, aku sudah 3 jam duduk di taman ini, kemudian aku berdiri dengan perlahan sesaat aku pandang dimana aku duduk tadi, aku berjalan dengan begitu lemasnya, jauh semakin jauh sekali di lubuk hatiku seperti ada suara halus yang berbisik “selamat tinggal masa lalu ku yang dulu, selamat jalan temanku, selamat jalan semoga dirimu tenang di alam sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar